Selasa, 27 Oktober 2015

Ajaran Sunan Kalijaga tentang Cupu Manik Astagina

Salah satu peninggalan dari nenek moyang kita, yang perlu diuraikan agar menjadi pedoman hidup menuju masyarakat yang sejahtera adalah Asta-brata. Asta artinya delapan, brata artinya tindakan. Jadi, Asta-brata dapat diartikan sebagai delapan macam tindakan. Asta-brata ini diambil dari inti sari wasiat Cupu Manik Asta Gina, atau pegangan hokum bagi para dewa. Konon dengan berpegang pada hokum ini, para dewa dapat memimpin umat manusia menuju kesejahteraan dan kedamaian.

Kalau setiap orang, terutama para pemimpin, berpegang pada asta-brata, maka masyarakat yang sejahtera tidak mustahil terwujud di bumi ini. Adapun asta-brata secara mudah dan jelas digambarkan atau diwujudkan dalam rupa :

1. Wanita: wanita,
2. Garwa; jodoh
3. Wisma : rumah
4. Turangga : kuda tunggangan
5. Curiga : keris, atau senjata
6. Kukila : burung berkutut
7. Waranggana : ronggeng- penari wanita
8. Pradangga : gamelan-bebunyian berirama

Wanita atau wanodya kang puspita, wanita yang cantik jelita, adalah simbol keindahan. Keindahan ini tidak hanya tersirat pada bentuk luarnya saja tetapi juga yang ada dalam jiwa dan budinya. Keindadahan dari wanita yang sempurna merupakan simbol cita cita luhur, seperti laki laki yang ingin memiliki wanita yang cantik jelita untuk di jadikan istrinya. Dengan memiliki cita cita yang tinggi berarti manusia harus berusaha sekuat tenaga untuk belajar, bekerja dan berusaha tanpa mengenal lelah serta pantang menyerah demi mencapai cita cita. Wanodya kang puspita disebut juga juwita yang berarti sarju wani ing tata, selalu berani membela kebenaran.

Garwa atau sigaraning nyawa, belahan jiwa. Suami adalah belah jiwa dari istri dan istrin adalah belahan jiwa suami, satu jiwa dua raga. Maka garwa adalah simbol bersatunya manusia dengan lingkungannya, semua manusia hendaknya dianggap sebagai kawan hidup, dengan hidup rukun, damai, saling mengasihi seperti cinta kasih suami istri yang sehidup semati. Berati setiap manusia harus berbudi luhur.

Wisma atau rumah. Rumah adalah tempat kediaman keluarga yang sekaligus tempat berlindung dari panas dan hujan. Rumah harus diatur, di tata agar rapi dan indah sehingga suasana rumah dirasa asri dan damai. Demikialah juga hendaknya manusia, mempunyai sifat dan pribadi yang dapat melindungi sesama, menyimpan dan mengatur masalah dan bertindak bijaksana terutama mengatur pendapatan menurut tempat, waktu dan keadaan.

Turangga atau tetumpakaning prang para punggawa, kuda tunggangan dari para perwira selalu memiliki sifat gagah, kuat dan lincah, dapat berlari cepat, melompat dan berguling guling sesuai perintah penunggangnya. Bahkan dapat berlari kencang dan menabrak, memporak porandakan apa saja yang menjadi penghalang. Kuda dapat juga berdiri dengan kaki belakang dan menghantam apapun yang ada dimukanya sesuai kendali. Ulah kuda tunggangan perwira perang ini sebagai lambang agar manusia selalu sadar bahwa jasmani, panca indra dan nafsu manusia tergandung dari kendali jiwa dan budi manusia itu sendiri. Jiwa dan budi manusia haruslah selalu dapat menguasai, mengatur dan mengekang  gejolak nafsu jasmaniah agar manusia dapat hidup dengan tentram. Bukan sebaliknya dengan hidup liar tanpa kendali sehingga menuai badai dalam kehidupannya.

Curiga, curi lan raga, batu curi atau batu runcing bisa juga diartikan keris. keris adalah simbol kepandaian, keuletan dan ketangkasan hidup manusia dalam menghadapi segala tantangan hidup. Manusia hendaknya memiliki pikiran yang tajam dengan cara belajar, olah rasa, ulet, tangkas sehingga dapat pula mengambil tindakan yang tepat dan terhindar dari tipu daya sesama.

Kukila atau burung perkutut, suara merdu perkutut dipakai sebagai simbol sebagai tutur kata manusia dimana setiap kata yang diucapkan harus dapat menyejukkan, mendamaikan, dan  menjauhi kata kata yang  menyakitkan hati.  Setiap kata hendaknya tegas berisi, berwibawa sehingga manusia dapat saling menghargai.

Waranggana atau Penari Ronggeng, gerakan dan tingkah tarian ronggeng adalah simbol persaingan dan godaan dalam meraih cita cita luhur. Tarian ronggeng dimainkan oleh 5 orang penari, 1 wanita sebagai ronggeng dan 4 pria  yang melambangkan jenis godaan manusia. Adapun ke empat macam godaan itu adalah :

Amarah, nafsu yang timbul dari telinga atau pendengaran

Aluamah, nafsu yang timbul dari mulut atau kenikmatan rasa atau serakah

Sufiah, nafsu yang timbul dari mata atau penglihatan

Mutmainah, nafsu yang timbul dari hidung atau penciuman

Bila budi manusia dapat mengekang keempat nafsu itu, maka cita cita luhur akan mudah dicapai, karena manusia akan terhindar dari hidup berfoya foya dan bermalas malasan.

Pradangga, praptaning kendang lan gangsa atau keharmonisan gamelan yang diatur oleh irama kendang. Gamelan dilambangkan sebagai masyarakat yang hidup dengan aturan dan hukum yang dijalankan dan ditaati secara bersama sama. Semua manusia saling mendukung saling bermanfaat bagi sesama, sehingga mewujudkan kehidupan yang harmonis, selaras dan itulah kehidupan yang dicita citakan “tata tentrem karta raharja”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar